Jakarta, cnwbanten.id – PT MRT Jakarta (Perseroda) menargetkan pembangunan tahap awal proyek lintas Timur-Barat (East–West Line), yang membentang dari Cikarang hingga Balaraja akan dimulai pada 2026.
Proyek ini merupakan salah satu proyek strategis nasional (PSN) yang terus dilanjutkan di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Pada tahap awal, Fase 1 Tahap 1, MRT Jakarta akan membangun rute sepanjang 24,5 kilometer dari Tomang hingga Medan Satria, serta jalur akses menuju depo di Rorotan sepanjang 5,9 kilometer.
Rute ini akan terdiri dari 21 stasiun, dengan kombinasi jalur layang dan bawah tanah. Jalur bawah tanah akan membentang dari Roxy hingga Galur, sedangkan bagian layang akan dibangun dari Tomang–Grogol dan Cempaka Baru–Ujung Menteng.
Pembangunan jalur timur–barat ini diharapkan dapat meningkatkan mobilitas perkotaan sekaligus mendukung target net zero emission Indonesia pada 2060. PT MRT Jakarta telah menyiapkan dokumen Design Reference for Sustainable and Resilient Infrastructure sebagai pedoman pembangunan infrastruktur yang tangguh, berketahanan, dan berkelanjutan.
Secara keseluruhan, MRT Timur–Barat (East–West Line) akan membentang sekitar 84 kilometer, menghubungkan Balaraja (Tangerang) hingga Cikarang (Bekasi, Jawa Barat), melintasi wilayah DKI Jakarta sebagai titik tengah. Proyek ini dibagi menjadi empat tahap pekerjaan, yaitu: Fase 1 Tahap 1: Tomang – Medan Satria (22,7 km) Fase 1 Tahap 2: Kembangan – Tomang (9,2 km) Fase 2 Timur: Medan Satria – Cikarang (21,8 km) Fase 2 Barat: Kembangan – Balaraja (29,9 km) Adapun, Jalur Timur–Barat ini akan terintegrasi dengan MRT Utara–Selatan di Stasiun Thamrin, yang saat ini sedang dibangun. Dengan begitu, pengguna MRT akan dapat berpindah jalur dengan mudah dari satu koridor ke koridor lainnya. (*)
