HARAPAN Mang Uding, dan ratusan juta rakyat Indonesia, kembali kandas. Minggu dini hari itu, 12 Oktober 2025 mimpi Mang Uding. Juga ratusan anak Garuda. Kembali terkubur. Kuburan mimpi itu ada di Stadion King Abdullah Sport City, Jeddah, Arab Saudi.
Penyebabnya, si bundar tak berpihak. Ia tak pernah melesak ke gawang Irak selama pertandingan itu berjalan. Satu kali pun. Meski Tim Garuda terbilang menguasai permainan. Lima puluh lima persen.
Kita, Indonesia kalah 0-1 saat kontra melawan Irak, dalam pertandingan lanjutan putaran keempat Pra Kualifikasi Piala Dunia 2026 Grup B Zona Asia.
Dari Arab Saudi, pil pahit itu datang. Terpaksa untuk ditelan. Dipaksa untuk ditelan. Padahal, leher bangsa ini sudah sesak dengan kepahitan.
Sebelumnya, pil pahit itu juga dipaksa atau terpaksa ditelan saat melawan Arab Saudi. Timnas kalah 2-3.
Indonesia gagal menuju Piala Dunia 2026. Entah kapan mimpi itu bisa diraih. Harapan yang dititipkan lewat Patrick Kluivert tak terwujud. Mimpi kita yang dibawa pelatih asal Belanda itu, entah terbang ke mana. Hilang.
Tiba-tiba saja Mang Uding rindu Shin Tae-yong. Rindu STY. Kalau saja dia tidak dipecat ? Andai saja dia masih melatih timnas ?
Akh, sudahlah. Percuma. Kita, Indonesia sudah gagal lolos dalam ajang sepakbola dunia. Tak ada artinya juga ia harus merindukan talenta Shin Tae-yong saat melatih Timnas Indonesia.
Tanpa sadar, mata Mang Uding berkaca-kaca. Air matanya menetes malu-malu. Kecintaan Mang Uding terhadap sepakbola Indonesia bukan main-main. Perjalanan sepakbola Indonesia ini pun kembali menjadi catatan sejarah Mang Uding.
Besok siang, ia berencana menceritakan rasa kecewanya ini kepada para sahabatnya. Meski ia tak begitu yakin, para sahabatnya mau mendengarkan. (*)
