Korban Erupsi Gunung Semeru Mayoritas Mengalami luka Tersambar Awan Panas

Lumajang, cnwnanten.id – Ratusan warga terdampak erupsi Gunung Semeru mulai mengungsi khususnya warga yang tinggal di zona merah letusan Gunung Semeru.

Dari Laporan sementara Pusdalops pada malam ini, Rabu (19/11), terdapat tiga desa di dua kecamatan yang terdampak. Wilayah ini berada di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Desa tersebut yaitu Desa Supit Urang dan Desa Oro-Oro Ombo di kecamatan Pronojiwo, dan Desa Penanggal di Kecamatan Candipuro.
” Petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang dibantu unsur terkait telah mengevakuasi warga ke tempat pengungsian. Data sementara sebanyak 300 warga mengungsi sementara waktu di dua tempat, ” demikian isi siaran pers BPBD Lumajang Jawa Timur terkait penanganan korban erupsi Gunung Semeru.
Sementara itu dampak erupsi Gunung Semeru terdapat beberapa korban luka bakar karena sempat diterjang awan panas saat erupsi terjadi, semua korban luka masih dalam perawatan di Rumah sakit Lumajang.
Sementara itu para anggota Sar masih melakukan inventaris lokasi lokasi yang terdampak paling berat seperti di Supit urang yang lokasinya sangat berdekatan dengan jalur Awan panas. Lokasi ini juga luluh lantak saat erupsi Gunung Semeru tahun 2021 lalu dimana korban meninggal dunia mencapai 51 orang dan ratusan lainnya luka dan lebih dari 10 orang hilang.
Gunung Semeru yang berada di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Kabupaten malang, Provinsi Jawa Timur, terpantau erupsi pada Rabu siang (19/11), sekitar pukul 14.13 WIB. Berdasarkan informasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), jarak luncur awan panas saat erupsi kurang dari 13 km. Menyikapi situasi ini, pemerintah daerah telah menginformasikan kepada warga untuk berhati-hati.
Dilihat secara visual, awan panas guguran teramati dengan jarak luncur 13 m mengarah ke tenggara dan selatan. Di samping itu, juga teramati satu kali awan panas kurang dari 13 km tenggara-selatan Besuk Kobokan.
Dengan kenaikan status tersebut, otoritas kegunungapian PVMBG merekomendasikan beberapa langkah. Pertama, tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 20 km dari puncak (pusat erupsi). Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar.
Bagikan