Tangerang, cnwbanten.id – Lokasinya tak jauh dari Bandara Soekarno-Hatta. Namanya Neglasari.
Ternyata, wilayah ini menyimpan kisah panjang perubahan nama dengan latar belakang historis yang menarik. Hal ini diungkapkan dalam buku ‘Melacak Asal Muasal Kampung di Kota Tangerang’ karya Burhanudin.
Dalam catatan sejarah, wilayah yang kini bernama Neglasari sebelumnya dikenal dengan sebutan Sewan Parung Kuda. Nama lama ini kemudian diubah karena memiliki konotasi yang dianggap kurang baik oleh masyarakat setempat.
“Perubahan nama tersebut kemudian diperkuat saat wilayah ini resmi menjadi Kecamatan Neglasari pada tahun 2000. Pembentukan kecamatan baru ini mencakup beberapa kelurahan yaitu di antaranya Neglasari, Karang Sari, Selapajang Jaya, Kedaung Wetan, Mekar Sari, Karang Anyar dan Kedaung Baru,” tulis Burhanudin dalam bukunya.
Pemilihan nama Neglasari sebagai nama kecamatan tidak dilakukan tanpa alasan.
Menurut Burhanudin, keputusan ini merupakan hasil kesepakatan para tokoh masyarakat dengan satu harapan besar, agar wilayah ini dapat kelihatan maju dan sejajar dengan kecamatan-kecamatan lain di Kota Tangerang.
Secara administratif, pemilihan ini didukung oleh fakta bahwa lokasi kantor Kapermat (Kepala Pemerintahan Marga) saat itu berada di Kelurahan Neglasari.
Tokoh masyarakat setempat mengatakan asal usul nama Neglasari berasal dari bahasa Sunda.
Kata ‘Negla’ diartikan sebagai nyata, kelihatan atau jelas. Dahulu, kampung ini, yang masih berbentuk bulakan (daratan dekat sungai yang sering tergenang), tampak jelas terlihat dari seberang Sungai Cisadane, sehingga awalnya dikenal sebagai ‘Kampung Negla’. Sementara itu, kata “Sari” memiliki arti manis,” katanya.
Dengan penggabungan kedua kata tersebut, Neglasari dimaknai sebagai kampung yang jelas terlihat dan membawa kebaikan, manis, serta nyaman bagi penduduknya. Penambahan kata ‘sari’ secara spesifik merefleksikan harapan agar kampung tersebut senantiasa membawa kebaikan dan kenikmatan bagi seluruh warganya.
Kisah Neglasari menjadi cerminan bahwa sebuah nama tidak hanya sekadar identitas, tetapi juga mengandung doa, sejarah dan harapan kolektif masyarakatnya untuk masa depan yang lebih baik. Kini, nama ini menjadi kelurahan dan kecamatan. (red)
