Alam Murka Akibat Tangan Kotor Manusia

USAI Salat Jumat, pada 5 Desember 2025, banyak masjid-masjid melaksanakan Salat Ghaib sebagai bentuk rasa duka dan kirim doa untuk saudara-saudara kita yang meregang nyawa, yang kehilangan orangtua, anak, sanak saudara, teman, dan kerabat.

Banyak di antara mereka yang selamat dari maut harap-harap cemas, galau, gundah, dengan tatapan kosong. Mereka belum mengetahui di mana orang-orang yang selama ini membersamai, saling kasih, dan saling cinta. Mereka menunggu keajaiban Sang Illahi, semoga orang-orang yang dikasihi kembali bertemu.

Jika memang tak selamat, mereka ingin sekali melihat tubuh terakhirnya. Jika masih selamat, namun hilang tersasar entah di mana, tentu mereka berharap waktu akan kembali mempertemukannya.

Kita doakan dari jauh melalui Salat Ghaib Jumat siang tadi, semoga Allah SWT memberi petunjuk, kesabaran, dan ketabahan kepada mereka yang tertimpa musibah, yang kehilangan orang yang dicinta, kehilangan tempat tinggal, juga kehilangan harta dan asetnya.

Ya, sejak beberapa hari ini, saya, Anda dan kita semua terhenyak dengan peristiwa tanah longsor dan banjir bandang yang terjadi di tiga provinsi Pulau Sumatera, yakni Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.

Bukan saja Anda, Mang Uding pun tersentak kaget bercampur marah atas peristiwa tersebut. Tiap kali video atau foto kejadian itu melintas di layar gadget, bulu kuduk Mang Uding bergidik. Apalagi setelah mengetahui jumlah korban meninggal dan hilang sudah nyaris seribu orang.

Betapa dahsyatnya air menghantam wilayah permukiman penduduk di tiga provinsi tersebut. Rumah seketika roboh. Mobil dalam sekejap hilang tenggelam.

Aksi pencarian jenazah pun sungguh menyedihkan. Ada seorang anak menggendong ibunya yang sudah tak bernyawa mengenakan mukena, seperti sedang melaksanakan salat saat peristiwa itu terjadi.

Ada penggalian tanah untuk mengangkat sosok tak bernyawa dengan tubuh terbalut tanah. Sosok itu tertimbun. Sudah beberapa hari. Terbayangkah oleh kita, detik-detik saat tanah itu menimbunnya ?

“Ya, Allah. Salah apa mereka ?” gumam Mang Uding dengan mata berkaca-kaca.

Seperti biasa, dengan ditemani kopi hangat dan rokok kretek, Mang Uding duduk di dipan depan rumahnya.

Mang Uding marah ketika di akun TikToknya terlihat video yang memperlihatkan kayu-kayu terbawa arus. Mang Uding meyakini kalau kayu-kayu itu bukan karena tumbang. Tapi, hasil pembalakan. Terlihat dari bentuknya.

Inilah, menurut Mang Uding, menjadi faktor utama penyebabnya. Tangan-tangan kotor, muka-muka serakah, dengan seenaknya menebang pohon dalam jangka waktu yang lama. Pohon-pohon itu habis ditebang lalu dibawa untuk ditukar menjadi rupiah. Tanah-tanah itu tak ada yang menjaga, sehingga erosi dan longsor.

Mang Uding bertanya, siapa yang bertanggung jawab ? Siapa yang bisa menjawab ? Entahlah. Yang pasti, ini adalah bentuk dari alam yang murka akibat tangan-tangan kotor dan muka-muka serakah itu.

‘….Barangkali di sana ada jawabnya….
Mengapa di tanahku terjadi bencana,….
‘….Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita…
‘…Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa,..
Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita…
‘….Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang,…

Mang Uding bernyanyi lagu Ebiet G Ade, sambil beranjak dari dipannya dan masuk ke dalam rumah. (*)

Bagikan