Merasa Dihina, Presiden Bangladesh Shahabuddin Mau Mundur

Bangladesh, cnwbanten.id – Presiden Bangladesh Mohammed Shahabuddin menyatakan niatnya untuk mengundurkan diri di tengah masa jabatannya. Meski, pemilihan parlemen dijadwalkan Februari 2026.

Dilansir investor.id, keputusan mengejutkan ini diungkapkannya kepada Reuters, dengan alasan ia merasa dihina pemerintah sementara yang dipimpin penerima Hadiah Nobel, Muhammad Yunus.

Shahabuddin, 75 tahun, terpilih tanpa lawan pada 2023 untuk masa jabatan lima tahun sebagai calon dari Partai Liga Awami, yang dipimpin mantan Perdana Menteri Sheikh Hasina.

Sebagai Kepala Negara dan Panglima Tertinggi angkatan bersenjata, peran Presiden Bangladesh sebagian besar bersifat seremonial, di mana kekuasaan eksekutif berada di tangan Perdana Menteri (PM).

Namun, posisi Shahabuddin menjadi sangat menonjol setelah pemberontakan yang dipimpin mahasiswa pada Agustus 2024 memaksa PM Sheikh Hasina melarikan diri ke New Delhi. Hal ini menjadikan Shahabuddin sebagai satu-satunya otoritas konstitusional yang tersisa setelah parlemen dibubarkan.

“Saya ingin pergi. Saya tertarik untuk keluar,” katanya dari kediaman resminya di Dhaka seperti dikutip Reuters, Kamis (11/12/2025).

“Sampai pemilihan diadakan, saya harus melanjutkan. Saya mempertahankan posisi saya karena kepresidenan yang dipegang secara konstitusional,” ujar Shahabuddin.

Alasan utama pengunduran dirinya adalah perlakuan yang ia terima dari pemerintah sementara Muhammad Yunus. Shahabuddin mengeluhkan bahwa Yunus tidak menemuinya selama hampir tujuh bulan, departemen persnya telah diambil, dan yang paling membuatnya merasa terhina, potret dirinya telah dihapus dari kedutaan Bangladesh di seluruh dunia pada September.

“Ada potret presiden, gambar presiden di semua konsulat, kedutaan, dan komisi tinggi, dan ini tiba-tiba dihilangkan dalam semalam,” ungkapnya. “Pesan yang salah tersampaikan kepada rakyat bahwa mungkin presiden akan dihilangkan. Saya merasa sangat terhina.”

Shahabuddin menambahkan bahwa ia telah menulis surat kepada Yunus mengenai pencopotan potret tersebut, namun tidak ada tindakan yang diambil. Penasihat pers Yunus belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar.

Niat pengunduran diri Presiden Mohammed Shahabuddin terjadi pada masa transisi politik paling rentan di Bangladesh sejak kemerdekaan. Pemberontakan sipil pada pertengahan 2024, yang mengakhiri kekuasaan tiga periode Perdana Menteri Sheikh Hasina, telah menyerahkan kekuasaan eksekutif secara de facto kepada pemerintah sementara yang dipimpin oleh Muhammad Yunus dengan mandat tunggal untuk menyelenggarakan pemilihan umum yang bebas dan adil.

Meskipun secara tradisional jabatan Presiden Bangladesh bersifat seremonial, posisi Shahabuddin kini menjadi jangkar terakhir stabilitas konstitusional di tengah kekosongan kekuasaan.

Konflik terbuka yang ia ungkapkan dengan pemerintah sementara Yunus, diindikasikan dengan pencopotan potret resmi, menunjukkan adanya pertarungan simbolis dan politik mengenai otoritas konstitusional dan legitimasi di Dhaka, yang berpotensi memperkeruh suasana menjelang pemilihan parlemen yang sangat dinantikan. (red)

Bagikan